Selasa, 10 Maret 2009

Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Cardiopulmonary resuscitation (CPR)


Jalur napas dimulai dari mulut atau hidung, dan hingga ke trakea melalui faring. Trakea bercabang ke kiri dan ke kanan dengan jalur utama pada Carina. Letaknya pada vertebra torakal II. Masing-masing cabang masuk pada lobus paru-paru. Di dalam lobus paru-paru bercabang lagi sampai sekitar 20 kali hingga berakhir pada alveoli.

Peredaran darah dan oksigenasi adalah kebutuhan mutlak dalam mengangkut oksigen ke jaringan. Otak mungkin mengalami kerusakan setelah arus darah dihentikan untuk sekitar empat menit dan kerusakan tidak dapat diubah setelah sekitar tujuh menit. Jika arus darah berhenti untuk 1 atau 2 jam, sel tubuh mati kecuali jika mereka mendapatkan suatu aliran darah yang berangsur-angsur. Oleh karena RKP itu biasanya hanya efektif jika dilakukan dalam 7 menit saat aliran darah berhenti .

Beberapa penyebab henti jantung dan napas, adalah :

- Infark miokard akut : karena fibrilasi ventrikel, cardiac standstill, aritmia lain, renjatan dan edema paru.

- Emboli paru : karena penyumbatan aliran darah paru.

- Aneurisma disekans : karena kehilangan darah intravaskular.

- Hipoksia, asidosis : karena gagal jantung atau kegagalan paru berat, tenggelam, aspirasi, penyumbatan trakea, pneumotoraks, kelebihan dosis obat, kelainan sususnan saraf pusat.

- Gagal ginjal : karena hiperkalemia.

Perawatan terhadap terbukanya jalan napas dan ventilasi yang adekuat pada pasien trauma dalam suatu keadaan dapat merupakan suatu tantangan, dan bahkan tidak mungkin dilakukan pada keadaan lapangan yang sulit, gelap, kacau, posisi pasien yang sulit ataupun penonton yang tidak bersahabat.

Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mempertahankan jalan napas yang adekuat agar pasien atau klie tetap dapat bertahan adalah dengan memberikan bantuan dasar hidup. Tujuan utama pertolongan dasar ialah suatu tindakan oksigenasi darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah oksigen ke jaringan tubuh. Umumnya penderita yang memerlukan resusitasi jantung paru di temukan dalam tiga keadaan yaitu keadaan tanpa denyut nadi tetapi masih ada pernafasan, ada denyut nadi tapi tanpa pernafasan, dan tanpa denyut nadi dan pernafasan.

Jika pasien masih mempunyai suatu denyut nadi, tetapi tidak bernafas, ini disebut dengan henti pernapasan dan napas buatan menjadi lebih sesuai untuk digunakan. Bagaimanapun, karena orang sering mengalami kesulitan untuk mendeteksi denyut nadi, RKP mungkin digunakan dalam kasus kedua-duanya. Terutama saat dipakai sebagai bantuan pertama.

Resusitasi Jantung Paru adalah suatu tindakan darurat, sebagai usaha untuk mengembalikan keadaan henti napas dan/ atau henti jantung (yang dikenal dengan istilah kematian klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis.Jika menemukan seseorang (selanjutnya disebut penderita) dalam keadaan tidak sadar, lakukan :

1. Perhatikan keadaan sekitar. Perhatikan dahulu keselamatan diri anda sebelum menolong orang lain.

2. Periksa apakah penderita tersebut tidak responsif, lakukan dengan mengguncangkan tubuhnya atau panggil dengan nama sapaan. Mintalah bantuan

3. Jika penderita tidak responsif, lakukan :

1. Mulailah ABC, yaitu :

a. Airway. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas. Ini meliputi pemeriksaan adanya sumbatan jalan napas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur rahang bawah atau rahang atas, fraktur batang tenggorok. Usaha untuk membebaskan airway harus melindungi tulang leher. Dalam hal ini dapat dilakukan chin lift atau jaw thrust. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap jalan napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap dilakukan.

b. Breathing. Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat. Periksa breathing dengan cara Lihat, Dengar, dan Rasakan.

2. Jika penderita bernapas :

  1. Jika pernapasannya optimal dengan frekuensi normal, tempatkan penderita pada posisi pemulihan.
  2. Jika pernapasannya tidak optimal dan frekuensinya lebih cepat atau lebih lambat dari normal, lakukan tiupan napas dengan 1 tiupan setiap 5 detik.
  3. Periksa denyut nadi pada daerah samping leher, tiap 30 sampai 60 detik.

3. Jika penderita tidak bernapas :

Lakukan pernapasan dari mulut ke mulut (mouth to mouth) atau dari mulut ke hidung (mouth to nose), dengan tiupan napas perlahan. Lakukan 2 detik per tiupan napas. Napas buatan gagal bila tidak terdapat tanda ekspirasi pasif. Bila terlihat benda asing di tenggorokkan, maka tindakan berikutnya adalah membersihkan dan membebaskan jalan napas dari benda asing, karena salah satu tanda adanya benda asing adalah gagalnya ekspirasi pasif. Setelah mengeluarkan benda asing lakukan tindakan berikutnya.

4. Penderita dengan sirkulasi :

a. Mulai lakukan pernapasan buatan, 1 tiupan napas tiap 5 detik.

Penderita tanpa sirkulasi :

· Mulailah kompresi dada

· Kombinasikan kompresi dan pernapasan buatan (disebut resusitasi jantung paru)

Kompresi jantung padan dasarnya dibagi dalam tiga tahap dan pada setiap tahap dilakukan tindakan pokok yang disusun menurut abjad:

1. Pertolongan Dasar (basic life suppport)

-Airway control, yaitu membebaskan jalan nafas agar tetap terbuka dan bersih.

-Breathing support, yaitu mempertahankan ventilasi dan oksigenasi paru secara adekuat.

-Circulation support, \yaitu mempertahankan sirkulasi darah dengan cara memijat jantung.

2. Pertolongan lanjut (advance life support)

- drug and fluid, yaitu pemberian obat-obatan dan cairan

- electrocardiography, yaitu penentuan irama jantung

- fibrillation treatment, yaitu mengatasi fibrilasi ventrikel

3. Pertolongan jangka panjang (prolonged life support)

- gauging, yaitu memantau dan mengevaluasi resusitasi jantung paru, pemeriksaan dan penyebab dasar serta penilaian dapat tidaknya pendertita diselamatkan

- Human mentation, yaitu penentuan kerusakan otak dan resusitasi serebral

- intensive care, yaitu perawatan intensif jangka panjang.


· Lakukan dengan 15 kompresi dan 2 tiupan napas. Bila ada dua orang, maka orang pertama melakukan kompresi jantung dan orang kedua memberikan nafas buatan. Bila hanya ada satu orang, dilakukan dua ventilasi setiap 15 kompresi jantung. Keputusan untuk menentukan kapan resusitasi dihentikan didasarkan pada pertimbangan medis dan juga memperhitungkan status otak serta jantung pasien.

· Lakukan terus kompresi dan pernapasan buatan sampai ditemukan adanya denyut nadi dan pernapasan spontan dari penderita.

Jika penderita masih terus mengalami henti napas dan henti jantung, lakukan terus tindakan diatas sampai anda merasa lelah. Atau bantuan dari petugas kesehatan datang.

Setelah penderita kembali siuman, letakkan penderita dalam posisi mantap:

1. Tekuk siku ke arah dalam

2. Balikan tubuh penderita ke samping, tekuk lengan penderita sebelah luar supaya posisinya tetap stabil

3. Angkat kepala penderita ke arah belakang dengan cara memegang kening dan dagunya.

4. Letakkan tangan penderita di bawah pipi untuk menjaga posisi ini. Usahakan posisi mulut tetap terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar