Selasa, 10 Maret 2009

Pemetiksaan Jisik Jantung

Pemeriksaan fisis merupakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh data mengenai tubuh dan keadaan fisi pasien dalam membantu mengakkan diagnosis dan menentukan kondisinya. Data-data klinis yang diperoleh digubakan untuk membantu mengakkan diagnosis serta kondisi pasien, dan selanjutnya untuk menentukan pengobatan yang tepat berkenaan dengan diagnosis. Pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.

Dalam melakukan pemeriksaan, perawata harus mampu menagamati posisi jantung di bawah sternum dan tulang rusuk, serta mengetahui batas-batas jantung. Pada orang dewasa, sebagian besar jantung terletak di samping kiri sternum, dan sebagian kecil berada di samping kanan sternum. Dasar jantung terletak di bagian atas dan apeks janung di bagian bawah. Apek ventrikel kiri menyentuh dinding anterior dada dan sejajar pada garis midclavikula dan pada atau dekat dengan spasium interkostalis ke-7. titik dimana apek menyentuh dinding anterior dada dikenal sebagai Titik Impuls Maksimal (PMI).

Jantung berada di mediastinum dalam rongga dada antara kedua paru-paru menutupi kantung pleural. Terletak dua pertiga massanya di sebelah kiri garis tengah badan. Jantung terbentuk seperti suatu kerucut tumpul dengan puncak kulminasinya mengarah turun dan ke kiri. Jantung ditutupi sekitar 12-14 cm dari ruang interkosta dua sampai lima dan dasarnya, yang menunjuk ke atas ke arah bahu kanan, lebar sekitar 9 cm. Jantung orang dewasa secara normal berberat sekitar 300 g.

Katup dibentuk berupa otot papilary oleh chordae tendine, yang menetapkan mereka pada posisi tertutup. Katup atrioventrikular. Katup trikuspid memisahkan atrium kanan dari ventrikel kanan. Katup mitral atau bicuspid memisahkan atrium kiri dari ventrikel kiri. Katup semilunar. Katup pulmonal memisahkan ventrikel kanan dari arteri pulmonal. Katup aorta memisahkan ventrikel kiri dengan aorta.

Jantung terdiri atas dua pompa yang terpisah, yakni jantung kanan yang memompa darah ke paru-paru dan jantung kiri yang yang memompa darah ke organ-organ perifer. Selanjutnya setiap bagian jantung yang terpisah ini merupakan dua ruang pompa yang dapat berdenyut, yang tediri atas satu atrium dan satu ventrikel. Atrium terutama berfungsi sebagai pompa primer yang lemah bagi ventrikel, yang membantu mengalirkan darah masuk ke dalam ventrikel. Ventrikel selanjutnya menyediakan tenaga utama yang dapat dipakai untuk mendorong darah ke sirkulasi pulmonal atau sirkulasi perifer.

Pemeriksaan fisis umum mencakup pemeriksaan beberapa aspek fisis pasien, yaitu: keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, dan postur tubuh. Pemeriksaan khusus mencakup Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

Inspeksi dilakukan pada prekordial penderita yang berbaring terlentang atau dalam posisi sedikit dekubitus lateral kiri, dan pemeriksa berdiri pada sebelah kanan penderita. Pertama-tama cari titik di mana impuls maksimal. Dorongan jantung ini telah dipelajari secara cermat dan seksama oleh William Harvey, yang menulis dalam De Motu Cordis-nya sebagai berikut: ” Jantung tergeser dan apeksnya terangka, sehingga pada saat itu jantung memukul dada dan denyutan dapat dirasakan dari luar. ”Praktisnya, pungtum maksimum dan denyut apeks dapat dianggap sama.

Pungtum maksimum lebih mudah dilihat pada penderita yang dinding dadanya tipis. Pada penderita yang sangat kurus, impuls dapat menyebar demikian luasnya dan kelihatan sangat kuat, sehingga kita dapat menduga adanya penyakit janutng, padahal sebenarnya tidak ada. Pada orang yang mempunyai dinding dada yang berotot atau gemuk, pungtum maksimum menjadi kurang jelas; pada orang yang menderita emfisema pulmonum titik ini tidak ditemukan. Pada dekstrokarida, impuls jantung ditemukan pada sisi kanan, bukan disebelah kiri.

Pungtum maksimum. Kalau dapat ditemukan, letak pungtum maksimum (PM) adalah pada atau disekitar ruang antar iga kelima, disebelah dalam garis midklavikular kiri. Pada daerah parasternal kiri, mungkin dapat kita lihat retraksi sistolik yang ringan. Kalau penderita melakukan inspirasi dalam, kemudian menahan napasnya, pungtum maksimum bergerak ke bawah, dari ruang antar iga kelima ke ruang antar iga keenam. Kalau penderita berbaring pada sisi kanannya, titik tersebut bergeser sedikit ke kanan, sedangkan kalu penderita berbaring pada sisi kirinya, ia akan berpindah sejauh sekitar 2 cm ke arah kiri.

Denyut apeks terutama terdiri dari defleksi ke atas, akibat kontraksi ventrikel. Defleksi ini kadang-kadang didahului oleh defleksi ke atas yang lebih kecil, yang sesuai dengan gelombang alfa pada denyut venosa. Defleksi perisistolik yang lebih kecil ini, yang terjadi sebagai akibat kontarksi atrium kiri, timbul bersamaan dengan bunyi jantung keempat. Defleksi diastolik dini, akibat pengisian cepat ventrikel kiri, segera setelah katub mitral membuka, dapat diraskakan pada saat yang bersamaan dengan cepat didengarnya bunyi jantung ketiga.

Palpasi dapat memberi kesan yang lebih baik tentang kekuatan denyut jantung dibandingkan dengan inspeksi. Sering impuls timbul kuat dan meluas, tetapi pada palpasi ternyata lemah, walaupun terdapat pada daerah yang luas. Cara melakukan palapasi, pemeriksaan ini lebih baik dilakukan kalau penderita berbaring, dalam posisi telentang. Duduklah pada sisi kanan penderita. Letakkan telapak tangan kanan di daerah prekordium. Tentukan letak denyut apeks secara tepat, dengan meraba memakai jari telunjuk. Fenomena yang dapat diraba, yang terletak pada basis jantung, dapat diperiksa dengan cara yang sama. Bila terdapat dinding dada yang tebal atau emfisema pulmonum, impuls jantung hanya dapat diraba kalu penderita duduk tegak, atau membungkuk ke depan.

Perkusi. Cara melakukan perkusi. Banyak para pemula, dalam usaha untuk dapat menggambarkan daerah redup jantung , mengetuk terlalu kuat, sehingga mereka gagal mendengar sedikit perubahan yang terjadi pada suara perkusi yang ditimbulkan oleh lapisan tipis jaringan paru-paru yang terletak di atas jantung. Lakukan perkusi seringan mungkin dan kalu anda sudah mempunyai pengalaman, maka lebih baik anda lebih bersandar pada rasa getaran. Mulailah lakukan perkusi dari luar garis aksilaris anterior. Lakukan perkusi ke arah sternum, oleh karena bagi telinga lebih mudah dapat menangkap perubahan suara dari resonan ke redup dibandingkan sebaliknya. Hal yang sama, jari-jari kita yang dipergunakan sebagai pesimeter, lebih mudah dapat merasakan perubahan dari getaran di daerah resonan ke getaran yang makin mengurang di daerah redup. Dewasa ini, perkusi hanya sedikit dipergunakan untuk menetapkan ukuran jantung, oleh karena cara lain, misalnya roentgenografi dada dapat memberi hasil yang lebih tepat dan akurat.

Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV pada garis parasternal kiri. Pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk gambaran besarnya jantung. pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar ke kiri dan ke kanan. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah. Pinggan jantung merupakan batas pekak jantung pada RSI III pada garis parasternal kiri. Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggan jantung merata atau menonjol ke arah lateral. Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan atau ke kiri atas. Pada perikarditis pekak jantung absolut melebar ke kanan dan ke kiri. Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat, sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.

Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi akibat vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan kegiatan jantung dan kejadian hemodinamik darah dalam jantung. alat yang diperguakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan chest piece. Macam-macam chest piece yaitu bowl type dengan membran, digunakan terutama untuk mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi; bel type, digunakan untuk mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi yang lebih rendah. Beberapa aspek bunyi, yang perlu diperhatikan:

  1. nada, berhubungan dengan frekuensi tinggi-rendahnya getaran.
  2. kerasnya (intensitas), berhubungan dengan amplitudo gelombang suara
  3. kualitas bunyi, dihubungkan dngan timbre yaitu jumlah nada dasar dengan bermacam-macam jenis vibrasi bunyi yang menjadi komponen-komponen bunyi yang terdengar.

Dua bunyi jantung dalam keadaan normal dapat didengar dengan stetoskop selama siklus jantung. Bunyi jantung pertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama-sering dikatakan terdengar seperti ”lub”.

Bunyi jantung I dapat dibagi atas 4 komponen

1) Vibrasi berfrekuensi rendah dan intensitas kecil. Terjadi pada awal sistole entrikel; darah mengalir ke arah atrium untuk menutup katup-katup atrioventrikuler. Vibrasi dan gerakan darah ini merupakan komponen I yang terjadi mendahului peninggian tekanan intraventrikuler sebelum katup-katup atrioventrikuler tertutup/teregang.

2) Komponen II dengan frekuensi dan amplitudo tinggi, mulai terdengar bersamaan dengan saat gerakan darah yang menyebabkan katup atrioventrikuler yang tertutup menjadi amat regang sehingga aliran darah kembali ke arah ventrikel.

3) Komponen III mulai pada saat kontraksi ventrikel yang menyebabkan peninggian tekanan intraventrikuler menjadi lebih besar daripada tekanan dalam aorta/pulmonalis dan darah bergerak ke arah katup-katup semilunaris. Oleh karena itu, bagian pertama dari darah yang bergerak ke luar dari ventrikel meregangkan bagian proksimal arteri-arteri tersebut. Pelebaran tiba-tiba segmen proksimal arteri dapat menyebabkan kembalinya darah ke arah ventrikel. Gerakan darah ke belakang dan ke depan di antara pangkal arteri dan ruang-ruang ventrikel ini yang menyebabkan komponen III

bunyi jantung I. Frekuensi dan intensitasnya seperti pada komponen II.

4) Komponen IV berupa vibrasi lemah bernada rendah disebabkan oleh turbulensi darah yang mengalir cepat melalui aorta asendens/pulmonalis.

Dalam mencetuskan bunyi jantung pertama, kontraksi ventrikel menyebabkan aliran balik darah secara tiba-tiba yang mengenai katup A-V (katup mitral dan katup trikuspidal), sehingga katup ini mencembung ke arah atrium sampai korda tendinea secara tiba-tiba menghentikan pencembungan ini. Elastisitas dari katup yang tegang kemudian akan mendorong darah kembali ke ventrikel-ventrikel yang bersangkutan. Peristiwa ini menyebabkan darah dan dinding ventrikel serta katup yang tegang bergetar dan menyebabkan turbulensi getaran dalam darah. Getaran kemudian merambat melalui jaringan di dekatnya ke dinding dada, sehingga dapat terdengar sebagai bunyi jantung melalui stetoskop.

Bunyi jantung kedua memiliki nada yang lebih tinggi, lebih singkat dan tajam-sering dikatakan terdengar seperti ”dup”.

Bunyi jantung kedua ditimbulkan oleh penutupan katup semilunaris yang berlangsung tiba-tiba. Ketika katup semilunaris menutup, katup ini menonjol ke arah ventrikel dan regang elastis katup akan melentingkan darah kembali ke arteri, yang menyebabkan pantulan yang membolak-balikkan darah antara dinding arteri dan katup semilunaris dan juga antara katup dan dinding ventrikel. Getaran yang terjadi di dinding arteri kemudian dihantarkan sepanjang arteri. Bila getaran dari pembuluh atau ventrikel mengenai ”dinding suara” misalnya dinding dada, getaran ini menimbulkan suara yang dapat didengar.

Tinggi nada dan lama bunyi jantung pertama dan kedua. Lama dari setiap bunyi jantung sedikit lebih dari 0,10 detik-bunyi pertama kira-kira 0,14 detik dan yang kedua kira-kira 0,11 detik. Penyebab dari lebih singkatnya bunyi kedua adalah karena katup semilunaris lebih tegang daripada katup A-V, sehingga katup-katup ini bergetar selama masa waktu yang lebih pendek daripada katup A-V2.

Bunyi jantung ketiga. Kadang-kadang terdengar bunyi jantung ketiga yang lemah dan bergemuruh pada awal sepertiga bagian tengah diastol. Suatu keterangan yang logis namun belum terbukti mengenai bunyi ini ialah bolak-baliknya darah antara dinding-dinding ventrikel yang dicetuskan oleh masuknya darah dari atrium. Alasan mengapa bunyi jantung ketiga baru terdengar pada sepertiga bagian tengah diastol ialah mungkin karena pada permulaan diastol, jantung belum cukup terisi sehingga belum terdapat tegangan elastik yang cukup dalam ventrikel untuk menimbulkan lentingan. Frekuensi dari bunyi ini biasanya begitu rendah sehingga telinga kita tidak dapat mendengarnya; malah bunyi seringkali dapat direkam pada fonokardiogram.

Bunyi atrium (bunyi jantung keempat). Pada beberapa orang, bunyi atrium dapat terekam pada fonokardiogram, tetapi dengan stetoskop hampir tidak dapat terdengar karena frekuensinya yang rendah-biasanya 20 siklus/detik atau kurang. Bunyi ini timbul pada waktu atrium berkontraksi, dan disebabkan oleh meluncurnya darah ke dalam ventrikel, sehingga menimbulkan getaran seperti yang terjadi pada bunyi jantung ketiga.

Selain bunyi jantung pada auskultasi, dapat juga terdengar bunyi akibat kejadian hemodinamik darah yang dikenal sebagai desiran atau bising jantung (cardiac murmur).

Dalam keadaan normal darah mengalir sevara laminar, yaitu, cairan mengalir dengan mulus dalam lapisan-lapisan yang berdampingan satu sama lain. Namun apabila aliran darah menjadi turbulen (bergolak), dapat terdengar bunyi. Bunyi abnormal tersebut disebabkan oleh getaran yang terbentuk di sekitar aliran yang bergolak tersebut. Penyebab tersering turbulensi adalah malfungsi katup, baik katup stenoik atau insufisien.

Murmur adalah bunyi yang dihasilkan oleh aliran daah maju melalui suatu katup yang sempit atau konstriksi ke pembuluh atau ruang yang dilatasi, atau oleh aliran balik darah melalui katup yang tak kompoten atau defek septal. Kalsifikasi murmur didasarkan pada ketepatan waktu pada siklus jantung. Murmur sistolik terjadi antara bunyi S1 dan S2. murmur diastolik terjadi setelah bunyi S2 dan sebelum awitan S1 selanjutnya. Murmur digambarkan selanjutnya menurut letak anatomi pada dada anterior dimana bunyi jantung terdengar paling keras. Adanya penyebaran bunyi juga harus diperhatikan. Kualitas bunyi yang dihasilkan digambarkan sebagai bunyi tiupan, parau, bunyi gaduh, atau musik alami. Intensitas atau kekerasan bunyi murmur digambarkan dengan menggunakan sistem tingkatan. Tingkat I terdengar redup dan hampir tidak terdengar; tingkat II adalah bunyi lembut; tingkat III terdengar tetapi tidak teraba; tingkat IV dan tingkat V murmur berhubungan dengan getaran yang teraba; dan murmur tingkat VI teraba tanpa stetoskop.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar