Rabu, 11 Maret 2009

Fisiologi Penglihatan

Mata, organ yang mengandung reseptor penglihatan, menyediakan visi, dengan bantuan dari organ aksesori. Organ aksesori ini mengandung kelopak mata dan apparus lakrimal, yang mana melindungi mata dan seperangkat otot ekstrinsik yang mana menggerakkan mata.

Lapisan pelindung luar bola mata yaitu sklera, dimodifikasi di bagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang, dan akan dilalui berkas sinar yang akan masuk ke mata. Di bagian dalam sklera terdapat koroid, lapisan yang mengandung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktur-struktur dalam bola mata.

Kornea adalah transparan, berbentuk kubah jendela yang menutupi bagian depan dari mata. Itu sangat kuat membelokkan permukaan, menyediakan 2/3 kekuatan focus mata. Seperti kristal pada arloji yang memberikan kita jendela yang jelas untuk melihat. Karena tidak ada aliran darah dalam kornea, itu jelas normal dan mempunyai permukaan yang berkilau. Kornea sangat sensitif – terdapat banyak ujung saraf dalam kornea dibandingkan dimanapun selain di badan. Kornea orang dewasa tebalnya hanya ½ millimeter dan terdiri atas lima lapisan : epithelium, selaput bowman, stroma, selaput descement dan endothelium.

Epithelium adalah lapisan sel yang melindungi permukaan kornea. Hanya sekitar 5-6 lapisan sel tebal dan terjadi regenerasi dengan cepat ketika kornea mengalami cedera. Selaput bowman berada dibawah epithelium karena lapisan ini sangat liat dan susah untuk melakukan penetrasi, selaput bowman melindungi kornea dari cedera. Stroma merupakan lapisan paling tebal dan berada dibawah selaput bowman. Terdiri dari sedikit serat kolagen yang mengalir paralel satu sama lain. Bentuk khusus ini dari serat kolagen memberikan kornea kejelasan. Selaput descement berada diantara stroma dan endothelium hanya berada dibawah descement dan hanya satu lapisan sel yang tebal. Lapisan ini memompa air dari kornea dan menjaganya tetap bersih. Jika terjadi kerusakan atau penyakit, sel ini tidak akan melakukan regenerasi.

Lensa kristalina adalah suatu struktur tembus pandang yang difiksasi ligamentum sirkular lensa (zonula zinii). Zonula melekat dibagian anterior koroid yang menebal yang disebut korpus siliaris. Korpus siliaris mengandung serat-serat otot melingkar dan longitudinal yang melekat dekat dengan batas korneosklera. Di depan lensa terdapat iris yang berpigmen dan tidak tembus pandang, yaitu bagian mata yang berwarna. Iris mengandung serat-serat otot sirkular yang menciutkan dan serat-serat radial yang melebarkan pupil. Perubahan garis tengah pupil dapat mengakibatkan perubahan sampai lima kali lipat dari jumlah cahaya yang mencapai retina. Ruang antara lensa dan retina sebagian besar terisi oleh zat gelatinosa jernih yang disebut korpus vitreous. Aqueous humor, suatu cairan jernih yang memberi makan kornea dan lensa, dihasilkan dikorpus siliaris melalui proses difusi dan transport aktif dari plasma. Cairan ini mengalir melalui pupil untuk mengisi kamera okuli anterior (ruang anterior mata). Dalam keadaan normal, cairan ini diserap kembali melalui jaringan trabekula masuk ke dalam kanalis Schlemm, suatu saluran antara iris dan kornea.

Lapangan penglihatan, ketika kedua mata menatap sebuah objek, gambar difokuskan bersersesuaian dengan bagian tiap retina. Lapangan kiri penglihatan , di sini adalah biru, difokuskan pada sebelah kanan tiap retina; tetapi pesan yang berupa gambar difokuskan pada bagian yang berbeda dari tiap retina relatif ke hidung. Lapangan penglihatan sebelah kiri difokuskan pada retina kiri pada sisi yang paling dekat dengan hidung – bagian nasal, tetapi difokuskan pada retina kanan pada sisi terjauh dari hidung – bagian temporal.

Mengagabungkan “lapangan penglihatan” kedalam penuh dengan arti yang melibatkan proses pindah silang pada optik chiasma.. serabut optik dari bagian nasal dari pindah silang tiap retina dan mengikuti serabut dari bagian tiap retina pada sisi berlawanan. Gabungan serabut dari bidang optik. Begitu bidang optik kiri mengandung impuls gambar dari lapangan penglihatan kanan dan bidang optik kanan mengandung ini dari lapangan penglihatan. Sinaps pada kiri/kanan thalamus, serabut dilanjutkan sebagai radiasi optik ke akhir dari korteks kanan dan kiri lobus occipitalis. Lokasi luka pada bagian penglihatan menentukan hasil cacat penglihatan. Sebagai contoh, destruksi saraf penglihatan menghasilkan kebutaan pada kedua mata. Kehilangan seluruh radiasi optik kanan, contohnya bisa terjadi pada stroke, penglihatan terhalang dari lapangan penglihatan kiri dan vice versa.

Pergerakan mata, enam otot berdempet ke sklera mengendalikan pergerakan mata dalam orbit. Enam otot ini diatur oleh saraf kranial III (okulomotor), IV (trochlear) dan VI (abducens).

Otot

Menghasilkan gerakan

Saraf kranial

1. Rektus superior

2. Rektus inferior

3. Rektus medialis

4. Rektus lateralis

5. Oblique superior

6. Oblique inferior

Ke atas

Ke bawah

Ke dalam arah hidung

Jauh dari hidung

Ke bawah dan masuk

Ke atas dan keluar

Okulomotor (III)

Okulomotor (III)

Okulomotor (III)

Abducens (VI)

Trochlear (IV)

Okulomotor (III)

Gangguan pergerakan mata dapat mnyebabkan gambar gagal difokuskan pada bagian bersesuaian dari retina, ini menghasilkan penglihatan ganda (diplopia). Atau sama dalam kasus paralysis satu mata tidak dapat menetapkan semua object, dihasilkan dalam monocular, dari pada binocular, penglihatan.

Ketika cahaya bersinar pada satu mata, kedua pupil berkontriksi , konstriksi ini adalah refleks cahaya pupil. optik atau saraf kranial II terdiri dari 80% visual dan serabut pupil afferent. Cahaya impuls ke dalam mata menyebabkan retina menyebarkan impuls ke saraf optik, bidang optik, otak tengah, dan korteks visual dari lobus occipitalis. Ini adalah otot afferent dari refleks cahaya. Di otak tengah, serabut pupil menyebarkan dan disebarkan dengan serabut silang ke depan nucleus Edinger –whestpaldari okulomotor, atau saraf kranial III. Beberapa serabut tinggal pada sisi yang sama. Saraf kranial ketiga adalah otot efferent, yang mana berangkat melalui badan ciliary ke otot sphincts dari iris yang menyebabkannya berkontraksi. Efek langsungnya adalah konstriksi dari pupil mata bagian atas yang mana cahaya bersinar. Refleks dekat terjadi ketika pelaku melihat jarak dekat. Ada tiga bagian dari refleks dekat yakni akomodasi, menyebarkan, dan konstriksi pupil. akomodasi didefenisikan sebagai fokus dekat dari mata yang mana diakibatkan oleh peningkatan kekuatan lensa oleh kontraksi dari otot ciliary, di inerfasi oleh saraf kranial III.

Reseptor, setiap sel batang dan kerucut dibagi menjadi segmen luar, segmen dalam yang mengandung inti-inti reseptor dan daerah sinaps. Segmen luar adalah modifikasi silia dan merupakan tumpukan teratur sakulus atau lempeng dari membrane. Sakulus dan membrane ini mengandung senyawa-senyawa peka cahaya yang bereaksi terhadap cahaya dan mampu membangkitkan potensial aksi di jaras penglihatan . segmen luar sel batang selalu diperbaharui oleh pembentukan lempeng-lempeng baru ditepbagian dalam segmen dsan proses fagositosis lempeng tua serta dari ujung luar oleh sel-sel eptel berpigmen.

Fotoreseptor terdiri atas dua jenis sel, yaitu koni (kerucut) dan basillli (batang). Sel basilli yang lebih banyak, berfungsi untuk melihat dalam cahaya remang-remang, tidak untuk melihat warna. Koni berfungsi untuk melihat cahaya terang dan warna. Lateral terhadap bintik buta terdapat daerah lonjong disebut macula lutea, demgam cekungan kecil dipusatnya yang disebut fovea sentralis. Fovea sentralis hanya mengandung koni; macula mengandung kebanyakan koni, yang makin berkurang kea rah perifer. Retina perifer hanya mengandung basilli. Agar melihat jelas, berkas cahaya harus jatuh tepat pada fovea sentralis, yang besarnya hanya seujubg jarum pentul.

Semua bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya untuk mencapai retina disebut media refraksi, yaitu kornea, lensa dan korpus vitreous. Mata normal akan membiaskan cahaya yang memasuki mata sedemikian rupa sehingga bayangannya tepat jatuh tepat di retina, di fovea sentralis.

Mekanisme pembentukan bayangan. Mata mengubah energi dalam spekturm yang dapat dilihat menjadi potensial aksi di nervus optikus. Panjang gelombang cahaya yang dapat dilihat berkisar dari 397 nm sampai 723 nm. Bayangan benda di sekitar difokuskan di retina. Berkas cahaya yang mencapai retina akan mencetuskan potensial didalam sel kerucut dan batang. Impuls yang timbul di retina dihantarkan ke korteks serebrum, untuk dapat menimbulkan kesan penglihatan.

Daya akomodasi , biula m. siliaris dalam keadaan istirahat, berkas sinar paralel yang jatuh dimata yang optiknya normal (emetropia) akan difokuskan ke retina. Selama relaksasi ini dipertahankan, maka berkas sinar dari benda yang kurang dari 6 m akan difokuskan di belakang retina dan akibatnya benda tersebut akan nampak kabur. proses meningkatnya kelengkungan lensa disebut akomodasi. Pada keadaan istirahat, ketegangan lensa dipertahankan oleh tarikan ligamentum lensa. Karena bahan lensa mudah dibentuk dan kelenturan kapsul lensa cukup tinggi, lensa dapat ditarik menjadi gepeng. Bila pandangan diarahkan ke benda yang dekat, otot siliaris akan berkontraksi. Hal ini mengurangi jarak antara tepi-tepi korpus siliaris dan melemaskan ligamentum lensa, sehingga lensa membentuk mengerut membentuk benda yang lebih cembung. Pada orang berusia muda bentuk ini dapat meningkatkan daya bias mata hingga 12 dioptri.

Selain akomodasi, terjadi konvergensi sumbu penglihatan dan konstriksi pupil bila seseorang melihat benda yang dekat. Respon 3 bagian ini : akomodasi, konvergensi, sumbu penglihatan, dan kontriksi pupil disebut respon melihat dekat.

Gangguan umum pada mekanisme pembentukan bayangan, pada beberapa orang, bola mata berukuran lebih pendek daripada normal dan sinar yang sejajar difokuskan dibelakang retina. Kelainan ini disebut hiperopia atau penglihatan jauh. Akomodasi yang terus menerus, bahkan sewaktu melihat benda jauh dapat sedikit mengkompensasi kelainan, tetapi kerja otot yang terus menerus akan melelahkan dan dapat menimbulkan nyeri kepala dan penglihatan kabur. Konvergensi sumbu penglihatan yang terus menerus yang disertai akomodasi akhirnya dapat menimbulkan juling (strabismus), kelainan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan kacamata dengan lensa konveks, yang membantu daya bias mata dalam memperpendek jarak fokus. Pada miopia (penglihatan dekat), garis tengah antero posterior bola mata terlalu panjang. Miopia bersifat genetik. Pada orang berusia muda aktivitas pekerjaan yang berkaitan dengan benda-benda dekat, misalnya belajar dapat mempercepat timbulnya miopia. Kelainan ini dapat diatasi dengan kacamata lensa bikonkaf, yang membuat berkas cahaya sejajar sedikit berdivergensi sebelum masuk ke mata. Astigmatisme adalah keadaan yang sering dijumpai dengan kelengkungan kornea tidak merata. Bila kelengkungan disatu meridian berbeda dengan kelengkungan dimeridian lain, berkas cahaya di meridian tersebut akan dibiaskan ke fokus yang berbeda.yang kurang dari 6 meter akan difokuskan di belakang retina dan akibatnya benda tersebut tampak kabur.

Selasa, 10 Maret 2009

Pemetiksaan Jisik Jantung

Pemeriksaan fisis merupakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh data mengenai tubuh dan keadaan fisi pasien dalam membantu mengakkan diagnosis dan menentukan kondisinya. Data-data klinis yang diperoleh digubakan untuk membantu mengakkan diagnosis serta kondisi pasien, dan selanjutnya untuk menentukan pengobatan yang tepat berkenaan dengan diagnosis. Pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.

Dalam melakukan pemeriksaan, perawata harus mampu menagamati posisi jantung di bawah sternum dan tulang rusuk, serta mengetahui batas-batas jantung. Pada orang dewasa, sebagian besar jantung terletak di samping kiri sternum, dan sebagian kecil berada di samping kanan sternum. Dasar jantung terletak di bagian atas dan apeks janung di bagian bawah. Apek ventrikel kiri menyentuh dinding anterior dada dan sejajar pada garis midclavikula dan pada atau dekat dengan spasium interkostalis ke-7. titik dimana apek menyentuh dinding anterior dada dikenal sebagai Titik Impuls Maksimal (PMI).

Jantung berada di mediastinum dalam rongga dada antara kedua paru-paru menutupi kantung pleural. Terletak dua pertiga massanya di sebelah kiri garis tengah badan. Jantung terbentuk seperti suatu kerucut tumpul dengan puncak kulminasinya mengarah turun dan ke kiri. Jantung ditutupi sekitar 12-14 cm dari ruang interkosta dua sampai lima dan dasarnya, yang menunjuk ke atas ke arah bahu kanan, lebar sekitar 9 cm. Jantung orang dewasa secara normal berberat sekitar 300 g.

Katup dibentuk berupa otot papilary oleh chordae tendine, yang menetapkan mereka pada posisi tertutup. Katup atrioventrikular. Katup trikuspid memisahkan atrium kanan dari ventrikel kanan. Katup mitral atau bicuspid memisahkan atrium kiri dari ventrikel kiri. Katup semilunar. Katup pulmonal memisahkan ventrikel kanan dari arteri pulmonal. Katup aorta memisahkan ventrikel kiri dengan aorta.

Jantung terdiri atas dua pompa yang terpisah, yakni jantung kanan yang memompa darah ke paru-paru dan jantung kiri yang yang memompa darah ke organ-organ perifer. Selanjutnya setiap bagian jantung yang terpisah ini merupakan dua ruang pompa yang dapat berdenyut, yang tediri atas satu atrium dan satu ventrikel. Atrium terutama berfungsi sebagai pompa primer yang lemah bagi ventrikel, yang membantu mengalirkan darah masuk ke dalam ventrikel. Ventrikel selanjutnya menyediakan tenaga utama yang dapat dipakai untuk mendorong darah ke sirkulasi pulmonal atau sirkulasi perifer.

Pemeriksaan fisis umum mencakup pemeriksaan beberapa aspek fisis pasien, yaitu: keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, dan postur tubuh. Pemeriksaan khusus mencakup Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

Inspeksi dilakukan pada prekordial penderita yang berbaring terlentang atau dalam posisi sedikit dekubitus lateral kiri, dan pemeriksa berdiri pada sebelah kanan penderita. Pertama-tama cari titik di mana impuls maksimal. Dorongan jantung ini telah dipelajari secara cermat dan seksama oleh William Harvey, yang menulis dalam De Motu Cordis-nya sebagai berikut: ” Jantung tergeser dan apeksnya terangka, sehingga pada saat itu jantung memukul dada dan denyutan dapat dirasakan dari luar. ”Praktisnya, pungtum maksimum dan denyut apeks dapat dianggap sama.

Pungtum maksimum lebih mudah dilihat pada penderita yang dinding dadanya tipis. Pada penderita yang sangat kurus, impuls dapat menyebar demikian luasnya dan kelihatan sangat kuat, sehingga kita dapat menduga adanya penyakit janutng, padahal sebenarnya tidak ada. Pada orang yang mempunyai dinding dada yang berotot atau gemuk, pungtum maksimum menjadi kurang jelas; pada orang yang menderita emfisema pulmonum titik ini tidak ditemukan. Pada dekstrokarida, impuls jantung ditemukan pada sisi kanan, bukan disebelah kiri.

Pungtum maksimum. Kalau dapat ditemukan, letak pungtum maksimum (PM) adalah pada atau disekitar ruang antar iga kelima, disebelah dalam garis midklavikular kiri. Pada daerah parasternal kiri, mungkin dapat kita lihat retraksi sistolik yang ringan. Kalau penderita melakukan inspirasi dalam, kemudian menahan napasnya, pungtum maksimum bergerak ke bawah, dari ruang antar iga kelima ke ruang antar iga keenam. Kalau penderita berbaring pada sisi kanannya, titik tersebut bergeser sedikit ke kanan, sedangkan kalu penderita berbaring pada sisi kirinya, ia akan berpindah sejauh sekitar 2 cm ke arah kiri.

Denyut apeks terutama terdiri dari defleksi ke atas, akibat kontraksi ventrikel. Defleksi ini kadang-kadang didahului oleh defleksi ke atas yang lebih kecil, yang sesuai dengan gelombang alfa pada denyut venosa. Defleksi perisistolik yang lebih kecil ini, yang terjadi sebagai akibat kontarksi atrium kiri, timbul bersamaan dengan bunyi jantung keempat. Defleksi diastolik dini, akibat pengisian cepat ventrikel kiri, segera setelah katub mitral membuka, dapat diraskakan pada saat yang bersamaan dengan cepat didengarnya bunyi jantung ketiga.

Palpasi dapat memberi kesan yang lebih baik tentang kekuatan denyut jantung dibandingkan dengan inspeksi. Sering impuls timbul kuat dan meluas, tetapi pada palpasi ternyata lemah, walaupun terdapat pada daerah yang luas. Cara melakukan palapasi, pemeriksaan ini lebih baik dilakukan kalau penderita berbaring, dalam posisi telentang. Duduklah pada sisi kanan penderita. Letakkan telapak tangan kanan di daerah prekordium. Tentukan letak denyut apeks secara tepat, dengan meraba memakai jari telunjuk. Fenomena yang dapat diraba, yang terletak pada basis jantung, dapat diperiksa dengan cara yang sama. Bila terdapat dinding dada yang tebal atau emfisema pulmonum, impuls jantung hanya dapat diraba kalu penderita duduk tegak, atau membungkuk ke depan.

Perkusi. Cara melakukan perkusi. Banyak para pemula, dalam usaha untuk dapat menggambarkan daerah redup jantung , mengetuk terlalu kuat, sehingga mereka gagal mendengar sedikit perubahan yang terjadi pada suara perkusi yang ditimbulkan oleh lapisan tipis jaringan paru-paru yang terletak di atas jantung. Lakukan perkusi seringan mungkin dan kalu anda sudah mempunyai pengalaman, maka lebih baik anda lebih bersandar pada rasa getaran. Mulailah lakukan perkusi dari luar garis aksilaris anterior. Lakukan perkusi ke arah sternum, oleh karena bagi telinga lebih mudah dapat menangkap perubahan suara dari resonan ke redup dibandingkan sebaliknya. Hal yang sama, jari-jari kita yang dipergunakan sebagai pesimeter, lebih mudah dapat merasakan perubahan dari getaran di daerah resonan ke getaran yang makin mengurang di daerah redup. Dewasa ini, perkusi hanya sedikit dipergunakan untuk menetapkan ukuran jantung, oleh karena cara lain, misalnya roentgenografi dada dapat memberi hasil yang lebih tepat dan akurat.

Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV pada garis parasternal kiri. Pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk gambaran besarnya jantung. pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar ke kiri dan ke kanan. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah. Pinggan jantung merupakan batas pekak jantung pada RSI III pada garis parasternal kiri. Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggan jantung merata atau menonjol ke arah lateral. Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan atau ke kiri atas. Pada perikarditis pekak jantung absolut melebar ke kanan dan ke kiri. Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat, sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.

Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi akibat vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan kegiatan jantung dan kejadian hemodinamik darah dalam jantung. alat yang diperguakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan chest piece. Macam-macam chest piece yaitu bowl type dengan membran, digunakan terutama untuk mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi; bel type, digunakan untuk mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi yang lebih rendah. Beberapa aspek bunyi, yang perlu diperhatikan:

  1. nada, berhubungan dengan frekuensi tinggi-rendahnya getaran.
  2. kerasnya (intensitas), berhubungan dengan amplitudo gelombang suara
  3. kualitas bunyi, dihubungkan dngan timbre yaitu jumlah nada dasar dengan bermacam-macam jenis vibrasi bunyi yang menjadi komponen-komponen bunyi yang terdengar.

Dua bunyi jantung dalam keadaan normal dapat didengar dengan stetoskop selama siklus jantung. Bunyi jantung pertama bernada rendah, lunak, dan relatif lama-sering dikatakan terdengar seperti ”lub”.

Bunyi jantung I dapat dibagi atas 4 komponen

1) Vibrasi berfrekuensi rendah dan intensitas kecil. Terjadi pada awal sistole entrikel; darah mengalir ke arah atrium untuk menutup katup-katup atrioventrikuler. Vibrasi dan gerakan darah ini merupakan komponen I yang terjadi mendahului peninggian tekanan intraventrikuler sebelum katup-katup atrioventrikuler tertutup/teregang.

2) Komponen II dengan frekuensi dan amplitudo tinggi, mulai terdengar bersamaan dengan saat gerakan darah yang menyebabkan katup atrioventrikuler yang tertutup menjadi amat regang sehingga aliran darah kembali ke arah ventrikel.

3) Komponen III mulai pada saat kontraksi ventrikel yang menyebabkan peninggian tekanan intraventrikuler menjadi lebih besar daripada tekanan dalam aorta/pulmonalis dan darah bergerak ke arah katup-katup semilunaris. Oleh karena itu, bagian pertama dari darah yang bergerak ke luar dari ventrikel meregangkan bagian proksimal arteri-arteri tersebut. Pelebaran tiba-tiba segmen proksimal arteri dapat menyebabkan kembalinya darah ke arah ventrikel. Gerakan darah ke belakang dan ke depan di antara pangkal arteri dan ruang-ruang ventrikel ini yang menyebabkan komponen III

bunyi jantung I. Frekuensi dan intensitasnya seperti pada komponen II.

4) Komponen IV berupa vibrasi lemah bernada rendah disebabkan oleh turbulensi darah yang mengalir cepat melalui aorta asendens/pulmonalis.

Dalam mencetuskan bunyi jantung pertama, kontraksi ventrikel menyebabkan aliran balik darah secara tiba-tiba yang mengenai katup A-V (katup mitral dan katup trikuspidal), sehingga katup ini mencembung ke arah atrium sampai korda tendinea secara tiba-tiba menghentikan pencembungan ini. Elastisitas dari katup yang tegang kemudian akan mendorong darah kembali ke ventrikel-ventrikel yang bersangkutan. Peristiwa ini menyebabkan darah dan dinding ventrikel serta katup yang tegang bergetar dan menyebabkan turbulensi getaran dalam darah. Getaran kemudian merambat melalui jaringan di dekatnya ke dinding dada, sehingga dapat terdengar sebagai bunyi jantung melalui stetoskop.

Bunyi jantung kedua memiliki nada yang lebih tinggi, lebih singkat dan tajam-sering dikatakan terdengar seperti ”dup”.

Bunyi jantung kedua ditimbulkan oleh penutupan katup semilunaris yang berlangsung tiba-tiba. Ketika katup semilunaris menutup, katup ini menonjol ke arah ventrikel dan regang elastis katup akan melentingkan darah kembali ke arteri, yang menyebabkan pantulan yang membolak-balikkan darah antara dinding arteri dan katup semilunaris dan juga antara katup dan dinding ventrikel. Getaran yang terjadi di dinding arteri kemudian dihantarkan sepanjang arteri. Bila getaran dari pembuluh atau ventrikel mengenai ”dinding suara” misalnya dinding dada, getaran ini menimbulkan suara yang dapat didengar.

Tinggi nada dan lama bunyi jantung pertama dan kedua. Lama dari setiap bunyi jantung sedikit lebih dari 0,10 detik-bunyi pertama kira-kira 0,14 detik dan yang kedua kira-kira 0,11 detik. Penyebab dari lebih singkatnya bunyi kedua adalah karena katup semilunaris lebih tegang daripada katup A-V, sehingga katup-katup ini bergetar selama masa waktu yang lebih pendek daripada katup A-V2.

Bunyi jantung ketiga. Kadang-kadang terdengar bunyi jantung ketiga yang lemah dan bergemuruh pada awal sepertiga bagian tengah diastol. Suatu keterangan yang logis namun belum terbukti mengenai bunyi ini ialah bolak-baliknya darah antara dinding-dinding ventrikel yang dicetuskan oleh masuknya darah dari atrium. Alasan mengapa bunyi jantung ketiga baru terdengar pada sepertiga bagian tengah diastol ialah mungkin karena pada permulaan diastol, jantung belum cukup terisi sehingga belum terdapat tegangan elastik yang cukup dalam ventrikel untuk menimbulkan lentingan. Frekuensi dari bunyi ini biasanya begitu rendah sehingga telinga kita tidak dapat mendengarnya; malah bunyi seringkali dapat direkam pada fonokardiogram.

Bunyi atrium (bunyi jantung keempat). Pada beberapa orang, bunyi atrium dapat terekam pada fonokardiogram, tetapi dengan stetoskop hampir tidak dapat terdengar karena frekuensinya yang rendah-biasanya 20 siklus/detik atau kurang. Bunyi ini timbul pada waktu atrium berkontraksi, dan disebabkan oleh meluncurnya darah ke dalam ventrikel, sehingga menimbulkan getaran seperti yang terjadi pada bunyi jantung ketiga.

Selain bunyi jantung pada auskultasi, dapat juga terdengar bunyi akibat kejadian hemodinamik darah yang dikenal sebagai desiran atau bising jantung (cardiac murmur).

Dalam keadaan normal darah mengalir sevara laminar, yaitu, cairan mengalir dengan mulus dalam lapisan-lapisan yang berdampingan satu sama lain. Namun apabila aliran darah menjadi turbulen (bergolak), dapat terdengar bunyi. Bunyi abnormal tersebut disebabkan oleh getaran yang terbentuk di sekitar aliran yang bergolak tersebut. Penyebab tersering turbulensi adalah malfungsi katup, baik katup stenoik atau insufisien.

Murmur adalah bunyi yang dihasilkan oleh aliran daah maju melalui suatu katup yang sempit atau konstriksi ke pembuluh atau ruang yang dilatasi, atau oleh aliran balik darah melalui katup yang tak kompoten atau defek septal. Kalsifikasi murmur didasarkan pada ketepatan waktu pada siklus jantung. Murmur sistolik terjadi antara bunyi S1 dan S2. murmur diastolik terjadi setelah bunyi S2 dan sebelum awitan S1 selanjutnya. Murmur digambarkan selanjutnya menurut letak anatomi pada dada anterior dimana bunyi jantung terdengar paling keras. Adanya penyebaran bunyi juga harus diperhatikan. Kualitas bunyi yang dihasilkan digambarkan sebagai bunyi tiupan, parau, bunyi gaduh, atau musik alami. Intensitas atau kekerasan bunyi murmur digambarkan dengan menggunakan sistem tingkatan. Tingkat I terdengar redup dan hampir tidak terdengar; tingkat II adalah bunyi lembut; tingkat III terdengar tetapi tidak teraba; tingkat IV dan tingkat V murmur berhubungan dengan getaran yang teraba; dan murmur tingkat VI teraba tanpa stetoskop.

Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Cardiopulmonary resuscitation (CPR)


Jalur napas dimulai dari mulut atau hidung, dan hingga ke trakea melalui faring. Trakea bercabang ke kiri dan ke kanan dengan jalur utama pada Carina. Letaknya pada vertebra torakal II. Masing-masing cabang masuk pada lobus paru-paru. Di dalam lobus paru-paru bercabang lagi sampai sekitar 20 kali hingga berakhir pada alveoli.

Peredaran darah dan oksigenasi adalah kebutuhan mutlak dalam mengangkut oksigen ke jaringan. Otak mungkin mengalami kerusakan setelah arus darah dihentikan untuk sekitar empat menit dan kerusakan tidak dapat diubah setelah sekitar tujuh menit. Jika arus darah berhenti untuk 1 atau 2 jam, sel tubuh mati kecuali jika mereka mendapatkan suatu aliran darah yang berangsur-angsur. Oleh karena RKP itu biasanya hanya efektif jika dilakukan dalam 7 menit saat aliran darah berhenti .

Beberapa penyebab henti jantung dan napas, adalah :

- Infark miokard akut : karena fibrilasi ventrikel, cardiac standstill, aritmia lain, renjatan dan edema paru.

- Emboli paru : karena penyumbatan aliran darah paru.

- Aneurisma disekans : karena kehilangan darah intravaskular.

- Hipoksia, asidosis : karena gagal jantung atau kegagalan paru berat, tenggelam, aspirasi, penyumbatan trakea, pneumotoraks, kelebihan dosis obat, kelainan sususnan saraf pusat.

- Gagal ginjal : karena hiperkalemia.

Perawatan terhadap terbukanya jalan napas dan ventilasi yang adekuat pada pasien trauma dalam suatu keadaan dapat merupakan suatu tantangan, dan bahkan tidak mungkin dilakukan pada keadaan lapangan yang sulit, gelap, kacau, posisi pasien yang sulit ataupun penonton yang tidak bersahabat.

Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mempertahankan jalan napas yang adekuat agar pasien atau klie tetap dapat bertahan adalah dengan memberikan bantuan dasar hidup. Tujuan utama pertolongan dasar ialah suatu tindakan oksigenasi darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah oksigen ke jaringan tubuh. Umumnya penderita yang memerlukan resusitasi jantung paru di temukan dalam tiga keadaan yaitu keadaan tanpa denyut nadi tetapi masih ada pernafasan, ada denyut nadi tapi tanpa pernafasan, dan tanpa denyut nadi dan pernafasan.

Jika pasien masih mempunyai suatu denyut nadi, tetapi tidak bernafas, ini disebut dengan henti pernapasan dan napas buatan menjadi lebih sesuai untuk digunakan. Bagaimanapun, karena orang sering mengalami kesulitan untuk mendeteksi denyut nadi, RKP mungkin digunakan dalam kasus kedua-duanya. Terutama saat dipakai sebagai bantuan pertama.

Resusitasi Jantung Paru adalah suatu tindakan darurat, sebagai usaha untuk mengembalikan keadaan henti napas dan/ atau henti jantung (yang dikenal dengan istilah kematian klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis.Jika menemukan seseorang (selanjutnya disebut penderita) dalam keadaan tidak sadar, lakukan :

1. Perhatikan keadaan sekitar. Perhatikan dahulu keselamatan diri anda sebelum menolong orang lain.

2. Periksa apakah penderita tersebut tidak responsif, lakukan dengan mengguncangkan tubuhnya atau panggil dengan nama sapaan. Mintalah bantuan

3. Jika penderita tidak responsif, lakukan :

1. Mulailah ABC, yaitu :

a. Airway. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas. Ini meliputi pemeriksaan adanya sumbatan jalan napas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur rahang bawah atau rahang atas, fraktur batang tenggorok. Usaha untuk membebaskan airway harus melindungi tulang leher. Dalam hal ini dapat dilakukan chin lift atau jaw thrust. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap jalan napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap dilakukan.

b. Breathing. Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat. Periksa breathing dengan cara Lihat, Dengar, dan Rasakan.

2. Jika penderita bernapas :

  1. Jika pernapasannya optimal dengan frekuensi normal, tempatkan penderita pada posisi pemulihan.
  2. Jika pernapasannya tidak optimal dan frekuensinya lebih cepat atau lebih lambat dari normal, lakukan tiupan napas dengan 1 tiupan setiap 5 detik.
  3. Periksa denyut nadi pada daerah samping leher, tiap 30 sampai 60 detik.

3. Jika penderita tidak bernapas :

Lakukan pernapasan dari mulut ke mulut (mouth to mouth) atau dari mulut ke hidung (mouth to nose), dengan tiupan napas perlahan. Lakukan 2 detik per tiupan napas. Napas buatan gagal bila tidak terdapat tanda ekspirasi pasif. Bila terlihat benda asing di tenggorokkan, maka tindakan berikutnya adalah membersihkan dan membebaskan jalan napas dari benda asing, karena salah satu tanda adanya benda asing adalah gagalnya ekspirasi pasif. Setelah mengeluarkan benda asing lakukan tindakan berikutnya.

4. Penderita dengan sirkulasi :

a. Mulai lakukan pernapasan buatan, 1 tiupan napas tiap 5 detik.

Penderita tanpa sirkulasi :

· Mulailah kompresi dada

· Kombinasikan kompresi dan pernapasan buatan (disebut resusitasi jantung paru)

Kompresi jantung padan dasarnya dibagi dalam tiga tahap dan pada setiap tahap dilakukan tindakan pokok yang disusun menurut abjad:

1. Pertolongan Dasar (basic life suppport)

-Airway control, yaitu membebaskan jalan nafas agar tetap terbuka dan bersih.

-Breathing support, yaitu mempertahankan ventilasi dan oksigenasi paru secara adekuat.

-Circulation support, \yaitu mempertahankan sirkulasi darah dengan cara memijat jantung.

2. Pertolongan lanjut (advance life support)

- drug and fluid, yaitu pemberian obat-obatan dan cairan

- electrocardiography, yaitu penentuan irama jantung

- fibrillation treatment, yaitu mengatasi fibrilasi ventrikel

3. Pertolongan jangka panjang (prolonged life support)

- gauging, yaitu memantau dan mengevaluasi resusitasi jantung paru, pemeriksaan dan penyebab dasar serta penilaian dapat tidaknya pendertita diselamatkan

- Human mentation, yaitu penentuan kerusakan otak dan resusitasi serebral

- intensive care, yaitu perawatan intensif jangka panjang.


· Lakukan dengan 15 kompresi dan 2 tiupan napas. Bila ada dua orang, maka orang pertama melakukan kompresi jantung dan orang kedua memberikan nafas buatan. Bila hanya ada satu orang, dilakukan dua ventilasi setiap 15 kompresi jantung. Keputusan untuk menentukan kapan resusitasi dihentikan didasarkan pada pertimbangan medis dan juga memperhitungkan status otak serta jantung pasien.

· Lakukan terus kompresi dan pernapasan buatan sampai ditemukan adanya denyut nadi dan pernapasan spontan dari penderita.

Jika penderita masih terus mengalami henti napas dan henti jantung, lakukan terus tindakan diatas sampai anda merasa lelah. Atau bantuan dari petugas kesehatan datang.

Setelah penderita kembali siuman, letakkan penderita dalam posisi mantap:

1. Tekuk siku ke arah dalam

2. Balikan tubuh penderita ke samping, tekuk lengan penderita sebelah luar supaya posisinya tetap stabil

3. Angkat kepala penderita ke arah belakang dengan cara memegang kening dan dagunya.

4. Letakkan tangan penderita di bawah pipi untuk menjaga posisi ini. Usahakan posisi mulut tetap terbuka.

Jumat, 06 Maret 2009

optimalisasi potensi kader

Dunia kepemimpinan identik dengan dunianya para pemikir. Di sinilah kedewasaan cara pandang dan spontanitas sikap seorang pemimpin bermula. Di sebabkan kemampuannya berpikir besar seorang pemimpin menyejarah. Seluruh pemimpin dalam segala bidang mereka memiliki kemampuan ini; berpikir besar. Memang bukan hanya kecerdasan yang membuat “orang-orang besar” ini mampu menjadi pemikir tetapi banyak faktor lain. Jiwanya dipenuhi kesabaran, selalu penuh dengan harapan, progresif, optimis, berani dan berfokus kepada tujuan akhir. Inilah dasar utama untuk menjadi pemikir sekaligus pemimpin. Kesemua itu mengarah kepada satu bentuk kepribadian, yaitu karakter yang kuat.

Kemampuan berpikir para pemimpin terbentuk dari kecakapan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Hal itu terkorelasi dengan berbagai pengalaman hidup yang dialaminya serta berbagai eksperimen. Dua hal ini telah membentuknya memiliki kekuatan akal untuk memecahkan masalah-masalah besar yang membuat dirinya menjadi Hero. Namun ada sisi-sisi lain yang menjadikan orang gagal untuk menjadi pemimpin. Kesalahan itu salah satunya berangkat dari cara berpikir yang salah. Kesalahan berpikir yang paling banyak terjadi adalah berpikir regresif. Pertama, tidak pernah mencari akar permasalah pada sumber yang jelas. Kedua, sikap membeo kepada orang lain yang dianggap lebih pintar, kemudian mengkultusindividukannya. Pola berpikir seperti ini membawa kita kepada kejumudan. Padahal seharusnya perbedaan yang bersifat parsial disikapi dengan toleran.

Kebalikan dari pola berpikir regresif adalah berpikir progresif. Cara berpikir yang berpusat kepada pemecahan masalah. Dengan berpikir progresif kita membuka celah-celah lain yang sangat memungkinkan adanya perbaikan ke depan. Di sana ada pembelajaran tentang sikap toleran dalam menyikapi pendapat orang lain, serta sikap anti perpecahan. Berpikir progresif menuntun kita untuk bersikap optimis, inovatif sekaligus kreatif untuk mencari jalan pemecahan masalah. Sementara berpikir regresif mengajak kita takut melangkah, enggan mencari solusi permasalahan, dan sikap merasa benar sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, tumbuhnya sikap ketidakterbukaan dan sentimental. Itu berarti sama dengan mengajak kita bersikap antipati. Sifat lain yang dekat dengan para pemikir progresif adalah ia akan menjadi orang yang kreatif. Kita sering mengira bahwa sikap kreatif identik dengan segala bentuk penemuan.

Meskipun Jangka waktu mahasiswa sebagai kelompok sosial dengan label khusus berlangsung relatif singkat, rata-rata 5 – 6 tahun saja. Akan tetapi dalam waktu inilah dilakukan kaderisasi agar dapat menciptakan mahasiswa yang memiliki kompetensi yang hampir sama bahkan mampu melakukan hal yang lebih inovatif dari pemimpin yang dijadikan sebagai patokan dalam meneruskan sebuah organisasi. Selain itu tingakat kritis selalu diperhatikan yang nantinya menjadi sarana untuk menilik dengan seksama apa yang nantinya akan menjadi keputusan yang berbasis merata. Inilah yang kemudian menjadi kerangka pikir mahasiswa yang akan digunakan sebagai acuan akan cara menjalankan organisasi agar dapat mengikuti para pelaku organisasi sebelum mereka.

Akan tetapi tidak semua mahasiswa memiliki kerangka pikir yang sama akan keberadaan organisasi yang ada sehingga sistem kader yang telah dicanangkan terkadang tidak dapat menyeluruh kepada mahasiswa. Hal ini terlihat dari beragam tawaran, bentuk dan model organisasi kampus dan ekstra kampus ternyata belum begitu membuat mahasiswa tertarik untuk bergabung, serta mengkonsentrasikan dirinya terhadap organisasi yang ada. Kurangnya minat mahasiswa ini tentu saja berpengaruh pada semakin sulitnya proses pengkaderan dan regenerasi.

Mentalitas mahasiswa yang kurang tertarik pada aktivitas organisasi, umumnya dikarenakan trauma, ingin selesai kuliah cepat, merelakan diri untuk memenuhi quota mahasiswa sebagai “status” kebanggaan, sebagian ada yang senang hura-hura, cukup dengan mendapatkan ijazah, ingin banyak teman, meskipun ilmu dan kapasitas intelektual yang jauh dari harapan tidaklah menjadi masalah. Padahal setiap masuk ke bangku kuliah hampir semua mahasiswa diingatkan, bahwa proses belajar formal di kampus hanya memberikan kurang dari 25% materi. Selebihnya 75% hanya bisa di dapatkan dari kegiatan ekstra kampus atau pergaulan sehari-hari, dengan barometer intelektualitas yang dimulai dari kecintaannya pada budaya akademik, yaitu membaca, meneliti, dan menulis serta berorganisasi.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian, paradigma mahasiswa dimana organisasi mahasiswa tersubordinat dalam isu-isu politik praktis. Lebih lanjut pengaruh eksternal terbawa ke kampus dan secara tidak langsung menjadi hegemonic dan munculnya perseteruan. Hal ini menjadi salah satu sebab kurang menariknya sebuah organisasi untuk diikuti oleh mahasiswa. Sebenarnya perbedaan pandangan, pemahaman, atau cara berfikir bagi kalangan intelektual adalah hal yang lumrah terjadi dimana saja dan kapan saja. Suatu kesempatan dan waktu untuk segera menyelesaikannya, jangan sampai perbedaan, perseteruan dan saling mendiskreditkan antar kelompok ini semakin menambah ketidakpercayaan mahasiswa terhadap manfaat berorganisasi.

Inilah yang kemudian harus diperhatikan oleh para pelaku organisasi untuk mengubah paradigma yang kontra menjadi pro organisasi melalui proses kaderisasi yang nantinya juga akan berguna pada saat label khusus mahasiswa sudah tidak disandang lagi. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa proses belajar formal di kampus hanya memberikan kurang dari 25% materi, selebihnya di dapatkan dari kegiatan organisasi kampus atau pergaulan sehari-hari. Oleh karenanya pemberian materi kader dalam membudayakan kerangka pikir yang regresif menjadi progresif sangat perlu dilakukan agar nantinya tidak hanya dapat diterapkan dalam organisasi kampus tetapi mampu memberikan sungbangsi kepada masyarakat yang akan kita jalani sebagai tenaga profesinal.

Oleh karena itu mahasiswa sebagai calom pemimpin harus berusaha untuk mewujudkan kebebasan berekspresi, berpendapat, dan berorganisasi agar nantinya mahasiswa mampu terbiasa dan tidak canggung lagi ketika berbaur dengan masyarakat. Kebutuhan akan kebebasan berekspresi, berpendapat, dan berorganisasi harus disadari merupakan kebutuhan massa mahasiswa, dalam memperluas, dan memperkuat perjuangan massa dalam menghadapi berbagai macam tekanan, dan pengaruh dari kapitalisasi pendidikan. Dengan mendorong kebebasan berekspresi, berpendapat dan berorganisasi maka upaya untuk mendapatkan kemenangan-kemenangan kecil dikampus.

Kemudian bagaimana system kader ini dirancang dan dilaksanakan. Tentunya ada rancangan yang maju baik levelan atau tingkatan termasuk bagaimana hal ini dibuat sesuai kebutuhan yang merupakan hasil dari analisa kondisi organisasi, kader dan karakter dari suatu organisasi. Unsur-unsur yang mendukung dan akan memudahkan pemahaman serta memajukan seperti sosial budaya yang positif bagi gerakan sebaiknya juga dimasukkan. Program harus dipersiapkan benar baik untuk memperkuat organisasi yang menjawab kebutuhan para kader penggerak organisasi dan bagaimana mempersiapkannya untuk memperluas struktur organisasi. Sampai pada tahapan penyiapan kader pada tahapan berikutnya (organisasi politik bila perlu). Maka perpaduan praktek dan teori sangatlah penting.
• Kaderisaisi. Perlunya mempersiapkan petugas dan kapasitasnya. Kekuatan personal ini harus dihitung, diidentifikasi, digali kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan disesuaikan dengan setrategi dan taktik dan program organisasi untuk mencapai tujuan atau cita-cita organisasi baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Yang harus diperhatikan adalah

1). Jumlah penggerak organisasi Perlu ada perbandingan antara jumlah anggota dan kader. Sebaiknya jaraknya jangan terlalu jauh misalkan 1:10 (1 kader membawahi 10 anggota).

2). Sebaran kader atau penggerak organisasi, penempatan kader disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Dalam targetan tertentu penugasan sebagai pengurus, perwakilan, organizer.

3). Bagaimana kapasitas dan pemahamannya terhadap organisasi secara menyeluruh. Tidak dapat dilepaskan dari manajemen organisasi. Pemahaman terhadap manajerial dalam mengelola sumber daya manusia dan sumber daya yang ada akan sangat menetukan kemajuan organisasi. Dalam hal ini kita dapat belajar didalam pabrik bagaimana sumberdaya manusia dan sumber daya yang ada diatur sedemikian rupa agar mendapatkan hasil produksi yang tinggi baik secara kuantitas maupun kualitas.

4). Kemudian bagaimana menjaga kader agar tigak tergelincir atau menjadi sesat seperti mayoritas serikat buruh saat ini. Tetap memegang prinsip dan cita-cita perjuangan, jangan hanya mementingkan karier politiknya atau mengikuti setting lawan (pengusaha) atau titipan penguasa.

5). Penugasan dan penempatan kader dilevel organisasi yang lebih tinggi, sekaligus memberi ruang pada kader-kader baru untuk dapat berpraktek dalam memimpin organisasi sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan yang ada.